Cara Pakai Transmisi Otomatis Konvensional Vs CVT

Meski sama-sama jenis transmisi otomatis ber-torque converter, namun transmisi matik konvensional (AT) dan CVT (Continuously Variable Transmission) memiliki cara kerja dan komponen yang berbeda. Mobil-mobil Mitsubishi Motors mengadopsi dua jenis transmisi matik tersebut.

Sebagai pembeda komponen, transmisi matik konvensional kinerjanya mengandalkan planetary gear sebagai penentu rasio gigi (1-4, 1-5, dst), yang dibantu oleh beberapa kopling dan solenoid valve sebagai penentu perpindahan percepatannya. Perpindahan percepatan tersebut digerakkan oleh oli matik berdasarkan perintah ECU.

Sementara matik CVT, sistem kerjanya menggunakan dua puli serta sabuk baja sebagai penentu rasio putaran mesin ke roda. Besar kecilnya puli tersebut digerakkan oleh oli CVT berdasarkan perintah dari ECU. Transmisi ini dirancang lebih ringkas untuk menghasilkan efisiensi berkendara lebih baik, karena tak lagi memakai deretan gigi  (planetary gear) yang berat dan banyak friksi.

Karena perbedaan tersebut, makanya transmisi AT dan CVT punya output karakter yang berbeda. Transmisi AT andal dipakai untuk beban, sementara CVT memberikan perpindahan halus dan efisiensi bbm yang signifikan. Makanya cara memaksimal kemampuannya pun bisa berbeda, meski cara pakainya sama.

Perbedaan signifikan antara keduanya terutama saat berakselerasi. Untuk memaksimalkan performa dan kondisi transmisi matik CVT, sebaiknya tidak sering melakukan akselerasi mendadak. Dalam mode berkendara normal, usahakan putaran mesin juga tak melewati 2.500 RPM.

Jika membutuhkan tenaga akselerasi tambahan saat mendahului, gunakan tombol Ds x(Downshift & Sporty) yang terdapat di kepala tuas transmisi. Dengan begitu maka secara pintar, sistem CVT akan memberikan respons putaran agak tinggi secara instan sehingga mobil lebih melaju.

Nah, saat menanjak dan menurun, matik AT konvensional bisa menggunakan posisi tuas selektor di “2” atau “L”, tergantung tingkat kemiringannya. Kedua posisi tersebut akan membantu transmisi mengail respons mesin saat menanjak, dan memberikan engine brake ketika berjalan turun.

Sementara untuk matik CVT, jika tanjakan tak terlampau curam gunakan posisi “D” saja. Dengan rentang rasio puli yang fleksibel, transmisi masih bisa melayani mesin untuk melahap tanjakan. Lantas untuk tanjakan curam yang berpotensi membuat mesin berputar di atas 2.500 RPM, silahkan pindahkan ke posisi “L”. Posisi “L” juga bisa digunakan untuk menghadapi jalan turunan yang membutuhkan efek engine brake lebih banyak.

Setelah mengetahui perbedaan cara perlakuan antara matik AT konvensional dengan CVT, Anda juga wajib tahu kalau jenis oli masing-masing transmisi juga berbeda. Matik AT memakai oli jenis ATF (Automatic Transmission Fluid) yang karakter pelumasannya tinggi, sementara matik CVT pakai CVT Fluid yang sifatnya jauh lebih licin dan encer.

BACA JUGA